Wednesday, May 22, 2013

Suara ANNAHDLAH UP - Pertanyaan tersebut seolah-olah mendunia di kalangan keluarga Almarhum Gurutta'. Kelurga sangat sulit menjelaskan jawaban dari pertanyaan tersebut, karena jawabannya tidak singkat.

"Kami sangat kewalahan dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut. karena jawabnnya tidak singkat, ceritanya panjang". Jelas Ustadz H. Afifuddin setelah ditemui dikediamannya.

Tepatnya malam pertama wafatnya gurutta, Dr. H. Afifuddin Harisah, LC. MA yang merupakan putra sulung dari Gurutta', mengungkapkan dengan sangat jelas, perihal-perihal yang terjadi pada Gurutta' mulai dari sakitnya sampai dipanggilnya ke Rahmatullah.

"Saya menjelaskan ini semua, karena munculnya beberapa pertanyaan, dari para santri, alumni, sahabat-sahabat, serta berbagai pihak mengenai keadaan Gurutta'.  Banyak yang menanyakan, "Kenapa dengan Gurutta'?", Kenapa tidak dibawa ke RS ini? , Kenapa tidak dikasi obat begini? kenapa tidak dipulangkan saja ke rumah? dan lain-lain". Ungkap putra sulung Gurutta' tersebut memulai.

"Kira-kira 6 bulan yang lalu, Gurutta' naik mobil ke Bone. Malamnya, beliau mengerang kesakitan di bagian punggung dan pinggulnya. Kemudian saya pijat, saya gosok sampai sakitnya mulai hilang dan tertidur. Saya curiga, mengapa setelah naik mobil Makassar-Bone, tiba langsung sakit. Kemudian, setelah mengikuti acara Muktamar As Sa'diyah Sengkang, beliau kembali mengerang sakit di bagian punggung."



"3 Bulan yang lalu, saya hanya mengira-ngira, beliau mengeluh sakit gigi. Ada beberapa malam beliau mengerang sakit gigi sampai-sampai tak bisa tidur.Kesehatan beliau mulai tidak begitu baik setelah dirawat di rumah Sakit Faisal karena sakit di kakinya. Semenjak itu, Gurutta' semakin lemah dan berat badannya turun. Sewaktu sakit gigi, beliau sudah meminum obat sakit gigi namun tetap juga sakit, sampai beliau dibelikan obat sakit gigi yang sangat mahal sehingga akhirnya beliau bisa tidur. Namun, besoknya kembali lagi sakitnya."

"Kemudian Kami bawa ke dokter. Lalu gigi beliau dicabut yang menurutnya giginya yang sakit. Tapi, setelah dicabut, sakit giginya tidak berhenti dan bengkaknya semakin besar. kami bawa Kembali ke Dokter Gigi dan dokter gigi bilang, ini bukan sakit gigi biasa, dan beliau disarankan ke RS angkatan Laut ke bagian ahli mulut. Disana, Dokter Ahli Mulut mengusulkan untuk membawa beliau ke rumah sakit Awal Bros untuk di potong rahangnya. Karena diduga ada itu adalah tumor. dan itu merupakan saspek (dugaan). Setelah mendengar pejelasan dokter itu, beliau Shock memikirkan tumor itu. Karena untuk menyembuhkan tumor itu, rahang beliau harus dipotong dan diganti dengan rahang plastik. Beliau tidak mau, Pakkotegana' mappangngaji, de'gaga rahangku? kata gurutta' dalam bahasa bugis. Jadi pertanyaan pertama beliau itu, bagaimana caranya mappangngaji."

"Semenjak itu, gurutta' mulai tidak semangat. Dulunya beliau selalu menikmati ketika nonton, membaca kitab dan lain-lain, sekrang tidak lagi. Beliau sangat Shock dengan yang dideritanya itu. Akhirnya, kebetulan beliau melihat iklan pengobatan Cina yang bisa mengobati tumor dengan waktu yang singkat dengan ramuan-ramuan herbal. Waktu itu, kami juga kontak dengan Ahmad Baso di Jakarta, untuk menyakan, tentang rumah sakit yang mampu mengobati tumor itu tanpa memotong rahang. Dan Ahmad Baso bilang ada. Namun gurutta' bilang, "Kalau saya ke Jakarta dan tetap seperti itu juga-harus dipotong rahangnya, mending tak usah", Dia cari apa cara pengobatan yang pas supaya rahangnya tidak dipotong karena memikirkan nasib santri-santrinya. Dan parahnya lagi, beliau diperlihatkan oleh dokter gambar-gambar hasil potongan rahang itu."

"Akhirnya beliau menuju pengobatan cina itu yang berada si sekitar Pettarani. Sehingga beliau selalu bolak-balik ke pengobatan cina itu. Dan setelah ke situ, Rasa sakitnya itu hilang karena selalu mengkonsumsi ramuan Cina itu. Tapi, setelah dokter memfonis kalau itu adalah tumor, beliau selalu memikirkan itu dan berpengaruh dengan berat badannya. Beliau tak ingin makan, karena banyak fikiran. Saya heran dengan ramuan Cina itu, memang membuat sakitnya hilang tetapi bengkaknya tetap ada sehingga gurutta' tidak bisa makan dan kadang muntah."



"1 bulan kemudian yang tersisa, tinggal tulang dan kulit beliau. dia belum menemukan apa yang beliau ingin makan. bahkan setelah kita ajak ke warung favoritnya, beliau tetap tak bisa makan. Akhirnya saya bilang, Bagaimana kalau kita ke rumah sakit saja, diinfus karena sudah sangat loyo. Beliau hanya berbaring terus."

"Pekan depannya, beliau sudah sangat lemah, seluruhnya tak bisa digerakkan. dan dibujuk lagi kerumah sakit  dan beliau tidak mau. Beliau juga memperlihatkan celananya yang sangat longgar. Maka saya, meminta Dokter Hariyadi, putranya Ustad Batri Selkam untuk membantu menjelaskan bahwa kondisi beliau sangat kritis. Dokter Hariyadi pun menjelaskan agar beliau harus diinfus karena kekurangan nutrisi."

"Gurutta' bilang, saya trauma ke Rumah Sakit, baik itu wahidin dan Faisal. Tapi diusulkan oleh Dokter Hariyadi untuk dibawa ke rumah sakit Awal Bros, dan beliau mau. Di sana, beliau dirawat dengan sangat intensif, dilakukan berbagai cara untuk menyelamatkan beliau. Dan akhirnya mulai baik. Sehingga dokter memeriksa kembali tumor itu. Lalu dokter memberi obat. Sehingga ramuan Cina tersebut dihentikan. Semua yang dikeluhkan dikasi obat. dan beliau tidak mau obat yang disuntikkan. Beliau minum obat terus menerus."

"Ternyata, hasil penelitian dokter di RS. Awal Bros, sangat berbeda dari hasil yang ada di Rumah Sakit Angkatan Laut. Ternyata itu bukan tumor, tetapi hanya pembengkakan. Sehingga ini yang sepele ini membuatnya Shock, padahal cuma pembengkakan."

"Di awal bros, beliau mengalami sakit punggung lagi. Dokter kemudian memberikan saspek (dugaan) lagi bahwa beliau mengalami kanker di bagian tulang punggun dan lever. Dikasi lagi obat. Ketika itu, beliau tidak lagi bisa duduk lama, padahal saya berharap, beliau bisa hadir di promosi doktor saya. dan promosi saya itu 3 jam orang duduk. Sehingga beliau disarankan untuk meminum obat penghilang rasa nyeri dengan harga yang sangat mahal dengan reaksi sebulan. Beliaupun sudah bisa disuruh pulang dengan syarat jangan sampai terlalu banyak pulang. Lalu kami bawa pulang beliau pada hari siang jam 1. Dan malamnya beliau mengerang kesakitan lagi dibagian punggung, sehingga jam 3 shubuh kami melarikan beliau lagi ke RS Awal Bros."

"Sesampainya di sana beliau di rawat lagi. Beliau disuntikkan obat antinyeri yang paling keras, sekeras morvin. setelah obat itu masuk, malamnya, beliau tak sadarkan diri. Denyut nadi berhenti berdetak dan mata naik ke atas. sepertinya dokter mengalami banyak masalah. Dokter menyebutkan ada berbagai masalah yang terdapat di lever, prostat , empedu, ginjal lalu naik ke otak. menurut analisis saya, ini merupakan pengaruh dari obat-obat yang pernah dikonsumsi beliau. sehingga beliau mengidap racun ginjal. Ginjalnya tidak berfungsi, tetapi penyakit ini tidak diketahui sebelumnya. Maka dokter tumor bilang, kasi dulu dokter bagian ginjal. Sehingga persoalan punggungnya dilupakan dulu. Itu yang membuat tidak sadarkan diri selama 3 hari."

"Di Awal Bros, Dokter bilang Ini harus cuci darah. Ginjal ini harus diistrahatkan dan dilakukan cuci darah sehingga itulah yang mengeluarkan racun itu. Ini yang terjadi sehingga dokter mengusulkan cuci darah."

"Ini merupakan pilihan sulit. Cuci darah sangat beresiko. tapi kalau dibiarkan bisa bahaya. Dokter juga bingung kenapa beliau tidak sadarkan diri padahal sarafnya normal. Semua Dokter memberikan pendapat sama bahwa bermasalah pada ginjalnya. Sehingga semua dokter menyarankan cuci darah. Kami cuma diberikan pilihan mau atau tidak. Jikalau ditinggalkan, sama saja membunuh beliau dengan pelan-pelan."


"Akhirnya kami setuju untuk cuci darah pada hari sabtu. Waktu itu sudah kedua kalinya beliau tidak sadar. Tak ada dokter satupun yang tidak menyarankan untuk cuci darah. Sehingga secara terpaksa kami pun setuju untuk cuci darah. Dan hari itu merupakan hari dimana saya promosi doktor. sebuah ujian yang sangat berat. Mental saya diuji."

"Sementara promosi, saya dapat kabar bahwa cuci darahnya berhasil. Beliau sudah bisa bicara, sudah bisa komunikasi. Saya rasa beliau sudah pulih 60%. Angka-angka menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan dari beliau. Tapi racunnya masih ada, sehingga dokter masih mengusulkan sekali lagi cuci darah dan beliau sudah bisa pulang."

Maka dengan harapan yang seperti cuci darah pertama, kami sangat sepakat, walaupun banyak yang bilang kenapa cuci darah lagi? tapi kami tak punya pilihan. kami hanya ingin beliau pulih dan kembali ke tengah-tengah kita lagi. Cuci darah yang kedua itu dijadwalkan pada hari senin."

"Pada hari senin itu, dilakukanlah cuci darah. Disaat cuci darah itu beliau langsung Drop, denyut jantungnya berhenti. Sebelum cuci darah hari senin, waktu hari ahadnya beliau sehat. Senin pagi, saya telpon   Ibu Jiha, dan dia bilang normal, siap untuk cuci darah. Namun, ketika cuci darah, beliau tiba-tiba drop dan tak terselamatkan lagi. Saya tidak tau apakah saya salah memutuskan atau bagaiamana. Namun, saya kembali kepada ayat Kullu Nafsin Dzaiqatul Maut."

Begitulah sebenarnya yang terjadi pada Gurutta' lewat cerita dari Dr. H. Afifuddin Harisah Lc, MA dengan sangat rinci. beliau hanya menyampaikan pesan kepada santri dan alumni agar menyelipkan nama beliau di setiap do'a.

Selamat tinggal Gurutta', guru kami tercinta.....!!
AL Fatihah....!!!



0 comments:

Post a Comment