معهد النهضــــــة اوجونج فاندانج
Pondok Pesantren AnNahdlah berlokasi di Jl. Tinumbu Dalam Lr.4 No.9 - (0411)314223 Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Pondok Pesantren ini diproyeksikan sebagai pusat transformasi budaya lokal sekaligus benteng terakhir tradisi. Peran ini dipilih setelah mengkaji peran besar pesantren di negeri ini dalam sejarahnya yang sangat panjang. Maka di Pondok Pesantren AnNahdlah ini di samping berlangsung proses penguatan keimanan dan ketakwaan secara sistematis dan kontinyu juga terjadi proses pelestarian budaya dan tradisi.
Secara lebih spesifik, Pondok Pesantren AnNahdlah mengembangkan generasi tafaqquh fi al-din. Pola pendekatan fiqh oriented yang kontekstual dan sosiologis secara tidak langsung telah menjadikan pesantren sekaligus sebagai pusat pembentukan dan penguatan karakter masyarakat muslim yang lokalistik. Dengan demikian santri AnNahdlah menjadi salah satu unsur yang dapat memperkuat corak muslim yang berkarakter Indonesia. Banyak sekali tradisi muslim lokal yang tidak ditemui di belahan dunia lain, seperti tahlil, selapanan, tingkepan, khaul, halal bi halal, dan sebagainya. Jika memperhatikan hal ini maka dapat dipahami bahwa keberadaan Pondok Pesantren AnNahdlah akan memberikan kontribusi besar bagi proses transformasi ilmu pengetahuan sekaligus pelestarian tradisi di tengah masyarakat Indonesia.
Pondok Pesantren AnNahdlah merupakan institusi keagamaan dan sosial yang siap sedia bergabung dalam barisan yang berjuang mempertahankan kepentingan dan idealisme komunitas pesantren. Jadi hakikat keberadaan Pondok Pesantren AnNahdlah adalah berupaya mewujudkan idealisasi dan kepentingan pesantren sekaligus mengembangkan perjuangan penguatan identitas lokal, membangun peradaban yang berbasis tradisi, ilmu pengetahuan, ekonomi dan politik kebangsaan.
Sebagai konsekuensi kelahiran Pondok Pesantren An-Nahdlah di tengah arus informasi, corak pergerakan Pondok Pesantren AnNahdlah adalah menyiapkan genrasi muslim sekaligus mendorong masyarakat untuk berinteraksi dengan budaya baru tanpa harus mengorbankan tradisinya. Maka dalam tataran praksis, Pondok Pesantren al-Nahdlah melengkapi diri dengan gedung megah, pemberlakuan pengajaran sistem klasikal, menata administrasi hingga komputerisasi, pengadaan perpustakaan yang lengkap dengan koleksi mulai dari kitab Ihya Ulumuddin karya Imam al-Ghazali hingga buku The Third Way karya Anthony Giddens, dan membentuk usaha-usaha di sektor ekonomi. Sedangkan di sisi lain, Pondok Pesantren AnNahdlah masih mempertahankan pola hubungan santri-kiai manhaj Ta’lim al-Muta’allim, pengajian sistem wethon dan sorogan, dan menempatkan figur kiai sebagai institusi yang harus dihormati.
Secara lebih spesifik, Pondok Pesantren AnNahdlah mengembangkan generasi tafaqquh fi al-din. Pola pendekatan fiqh oriented yang kontekstual dan sosiologis secara tidak langsung telah menjadikan pesantren sekaligus sebagai pusat pembentukan dan penguatan karakter masyarakat muslim yang lokalistik. Dengan demikian santri AnNahdlah menjadi salah satu unsur yang dapat memperkuat corak muslim yang berkarakter Indonesia. Banyak sekali tradisi muslim lokal yang tidak ditemui di belahan dunia lain, seperti tahlil, selapanan, tingkepan, khaul, halal bi halal, dan sebagainya. Jika memperhatikan hal ini maka dapat dipahami bahwa keberadaan Pondok Pesantren AnNahdlah akan memberikan kontribusi besar bagi proses transformasi ilmu pengetahuan sekaligus pelestarian tradisi di tengah masyarakat Indonesia.
Pondok Pesantren AnNahdlah merupakan institusi keagamaan dan sosial yang siap sedia bergabung dalam barisan yang berjuang mempertahankan kepentingan dan idealisme komunitas pesantren. Jadi hakikat keberadaan Pondok Pesantren AnNahdlah adalah berupaya mewujudkan idealisasi dan kepentingan pesantren sekaligus mengembangkan perjuangan penguatan identitas lokal, membangun peradaban yang berbasis tradisi, ilmu pengetahuan, ekonomi dan politik kebangsaan.
Sebagai konsekuensi kelahiran Pondok Pesantren An-Nahdlah di tengah arus informasi, corak pergerakan Pondok Pesantren AnNahdlah adalah menyiapkan genrasi muslim sekaligus mendorong masyarakat untuk berinteraksi dengan budaya baru tanpa harus mengorbankan tradisinya. Maka dalam tataran praksis, Pondok Pesantren al-Nahdlah melengkapi diri dengan gedung megah, pemberlakuan pengajaran sistem klasikal, menata administrasi hingga komputerisasi, pengadaan perpustakaan yang lengkap dengan koleksi mulai dari kitab Ihya Ulumuddin karya Imam al-Ghazali hingga buku The Third Way karya Anthony Giddens, dan membentuk usaha-usaha di sektor ekonomi. Sedangkan di sisi lain, Pondok Pesantren AnNahdlah masih mempertahankan pola hubungan santri-kiai manhaj Ta’lim al-Muta’allim, pengajian sistem wethon dan sorogan, dan menempatkan figur kiai sebagai institusi yang harus dihormati.
Tujuan Pondok Pesantren AnNahdlah adalah:
- Menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang tinggi dalam pemahaman keagamaan.
- Meningkatkan kemampuan daya saing secara internasional tentang ilmu pengetahuan.
- Menghubungkan Indonesia dalam perkembangan ilmu pengetahuan internasional.
- Menyiapkan generasi yang beretika mulia (akhlaq al-karimah) dan menjunjung tinggi nilai keteladanan.
Fokus Pengembangan Pondok Pesantren AnNahdlah
Pondok Pesantren AnNahdlah mengembangkan:
- Mengembangkan dan membiasakan berbahasa Arab dan Inggris untuk menyiapkan generasi muslim yang dapat bersosialisasi dan berkompetisi di tingkat global. Maka AnNahdlah mengembangkan kursus Bahasa Arab/Inggris yang harus diikuti oleh semua santri.
- Mengembangkan tradisi kajian kitab kuning sebagai sumber otentik doktrin-doktrin keislaman agar santri terbiasa hidup dengan berlandaskan pada otentisitas referensi.
- Mengembangkan teknologi informasi sehingga santri mempunyai wawasan kehidupan yang luas.
- Mengembangkan pola perilaku khas pesantren yang menjunjung tinggi etika, sopan santun dengan menempatkan kiai (dan bentuk-bentuk institusi terhormat lainnya) sebagai figur sentral keteladanan.
0 comments:
Post a Comment